Selasa, 06 Maret 2012

Kuliah Analisis Instrument = Achievement Motivation Training

Entah kenapa kuliah teori analisis instrument ini bisa berubah menjadi layaknya achievement motivation training. Mungkin karena dosennya yang begitu bersemangat untuk memberikan motivasi kepada kami para mahasiswanya. Memang sih, hal ini sepertinya sedang sangat diperlukan oleh kami. Karena di awal semester yang tentunya butuh semangat baru dalam menjalani satu semester ke depan.

First sight melihat dosen analisis instrument, awalnya terlihat seram dan membosankan. Jujur saja, sempat shocked melihat dosennya. Tapi ketika beliau mulai mengenalkan diri dan berbicara, setiap kalimat yang keluar dari mulut beliau adalah inspirasi dan motivasi. Beliau mengajarkan kepada kami betapa pentingnya niat yang ikhlas, berdoa, bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, dan yakin akan semua kekuatan harapan dan keyakinan.

AQIDAH
Itu yang pertama kali beliau ucapkan. Sebuah keyakinan kepada Allah akan diriNya satu-satuNya Maha Pencipta. Keyakinan dalam hati tentunya. Terikat kuat dalam sanubari akan keesannya.

ILMU
Betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan. Orang yang berilmu ditinggikan derajatnya dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu lebih mulia dan akan dihormati.
Menuntut ilmu dengan niat dan tujuan yang benar merupakan jalan menuju surga, sebagaimana sabda Rasulullah : "Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. At Tirmidzi)

AMAL
Ilmu tanpa amal tak mungkin bisa berkah dan kekal. Ilmu dan amal harus bisa disinergikan. Orang yang memiliki banyak ilmu hendaklah mengajarkan kepada orang lain sehingga dapat ilmu yang dimiliki dapat bermanfaat dan berkah.

NIAT
Segala sesuatunya akan berawal dari niat. Apa pun hasilnya nanti, maka itulah hasil dari niat awal. Maka perbaiki dan luruskan niat dari sekarang. Banyak orang yang menuntut ilmu dengan tujuan hanya untuk mendapatkan gelar/titel. Seharusnya tujuan utama dari menuntut ilmu adalah untuk menghilangkan kebodohan dari dalam diri.

Sadar/tidak, era globalisasi akan dihadapkan dengan perubahan yang dinamis. Bagaimana caranya untuk bertahan dalam era globalisasi? Seperti knowledge, skill, dan attitude.

"We Can Stop the Wave but We Can Learn How to Surf"
Kita tidak dapat berhenti ketika ada di tengah gelombang, tapi kita bisa belajar bagaimana cara kita untuk bertahan.

Makasih pak chaerul telah memberi kami motivasi. Setidaknya membuatku lebih bersemangat dalam hal beramal dan berilmu karenaNya.

07 Maret 2012
mawarituindah
istiqomatunnisa

Minggu, 04 Maret 2012

Semester Baru, Semangat Baru!!

Alhamdulillah yah, gak terasa udah semester 4 aja. Udah di akhir tahun kedua kuliah.
Seharusnya udah siap lagi nih untuk 'bertempur' di semester 4.
Ku akui, semester 4 ini semester yang spesial. Kenapa spesial?
Karena selain amanah kuliah yang pastinya berkecimpung dalam hal akademis, semester ini juga lagi banyak-banyaknya amanah menghampiri. subhanallah, alhamdulillah, innalillah, Allahuakbar! (gak tau lagi harus bilang apa)

Semester 4 bukan saatnya main-main lagi dalam hal kuliah. Tentunya harus lebih serius dari semester sebelumnya. Dituntut untuk meningkatkan skill dan pengetahuan. Yak, Bersiap! Mulai!

Bismillah,,
Saat-saat dimana amanah kian merajalela, fisikpun diminta untuk diberi perhatian, jiwapun minta diisi dengan kegiatan ruhiyah. Tetap seimbang, bertawazun. Jangan sampai salah satunya ada yang terdzalimi.

Semester 4 ini banyak planning dan target yang harus direalisasikan. Setelah sudah ditulis dan direncanakan, kini saatnya pembuktian.

FOKUS! KOMITMEN! IKHLAS! LILLAHITA'ALA!
Ku harap semua rencana dapat terealisasikan tentunya dengan izin dariNya.

SEMANGAT MEMPERBAIKI DIRI MENJADI LEBIH BAIK!
BETTER THAN YESTERDAY!!

05 Maret 2012
mawarituindah,
Istiqomatunnisa

Rabu, 22 Februari 2012

Hmmmmm

Capeeeeeekkk..
Lelaaaaaahhh...
Letiiiiiihhh...


Ya Allah...
Mulai kambuh deh ini penyakitnya. Penyakit kegamangan dan kegalauan.
-_-


Tumpahkan saja semuanya
Goreskan saja penanya

Bercampur aduk ini rasa. Hambar, asam, asin, manis, pahit. Entahlah..

Hufft,, entahlah mau nulis apa. Jadi gak jelas gini.
Maaf yah blog, jadi kurang kerjaaan begini. Nulis-nulis gk penting.

Tapi ya ini yang aku rasa.
HAMBAR!!
BINGUNG!!
ENTAHLAH!!

Senin, 20 Februari 2012

Sentuhan Hati

bagi dunia kamu mungkin hanya seseorang tetapi bagi seseorang mungkin kau adalah dunianya......

Baris terakhir dari sms itu kini mulai membayangi langkah-langkah ku. Awal ku menerima sms itu tak ada asa bergelayut dalam jiwaku. Entah dari siapa, kupikir tak ada maksud apa-apa. Tapi...beberapa hari berlalu tiba-tiba pikiranku mulai terganggu oleh kalimat-kalimat itu. Astagfirullahaladzim... apa yang telah kuperbuat. Kini aku mulai menyadari. Semua menjadi gamang bagiku. Salahkah selama ini segala tingkah dan lakuku. Siapapun dia, tak berhak aku membuatnya terluka. Membuatnya menderita. Hanya Allah swt sajalah sang Hakim sebenarnya. Mungkinkah dari sikapku yang telah membuatnya terpesona. Mungkinkah dari tuturku yang telah membuatnya tergoda. Tanya itu masih berupa prediksi. Baru ku mengerti betapa kita (kaum hawa) memang benar-benar harus berhati-hati, menjaga diri dan perilaku. Jika memang bukan untuk kita tapi itu semua untuk kaum adam sebagai saudara-saudara kita seiman. Bukan kita (hai wanita), tapi mereka (kaum lelaki) yang telah menjadi korban sebenarnya. Merekalah yang patut dikasihani dan diberi ruang untuk mengobati luka. Luka yang telah kita (para wanita) torehkan. Pun itu tak disengaja. Dengan senyum kita, hati mulai tergoda. Dengan perhatian kita, simpati mulai menyala. Dengan kelembutan kita, lelaki mati gaya. Terlebih dengan penampilan kita. Mereka terpesona. Jatuh cinta. Dan ini bukan suatu kebanggaan bagi kita, sekali lagi wanita.

Beruntunglah yang punya border kokoh yang mampu membingkai cinta hatinya dengan keagungan Sang Pencipta. Tapi, betapa kasihan mereka, lelaki yang tak sanggup menahan gelora didadanya. Hingga setanpun merayu. Membutakan mata hatinya. Melenakan khayalnya. Menghancurkan imannya. Dan akhirnya, tak bisa mengendalikan dirinya. Na’udzubillah…

Akhirnya, aku mulai berfikir. Memang, manusia tak sempurna. Selalu ada cacat dan luka. Mengenang semua hari-hari yang telah kulewati . Maaf, maafkan aku saudaraku. Sungguh, diri ini sudah berhati-hati. Tapi memang kadang lupa. Sering ingkar dengan janji. Semoga diri ini semakin terkendali. Untuk semakin saling mengasihi. Mengasihi saudara-saudaraku (wanita dan lelaki).

Terima kasih Allah…

Masih kau jaga diri ini. Masih kau sentuh hati ini. Hingga kesadaran itu nyata mengingatkan..


Sekali lagi wahai wanita, setan itu dimana-mana. Jadi, jangan pernah merasa aman dari godaannya.

Hati-hati bawa diri, hati-hati bawa hati..


semoga dapat bermanfaat dan menjadi bahan renungan saudariku..

*copas dari hidrogenalfa

Bersabarlah


Hei, bersabarlah…

Sepahit apapun getir kehidupan yang kau rasa

Sesakit apapun luka yang kau derita

Sesusah apapun jalan yang kau telusuri

Tegarlah, seperti karang di lautan yang tak tergoyahkan riak gelombang


Hei, bersabarlah…

Ada banyak orang di sampingmu yang kan menghapus air matamu

Ada banyak orang yang menemanimu mengusir sepimu

Ada banyak orang yang senantiasa menjaga bintang-bintangmu

Ada banyak orang yang selalu menjadi dermaga jiwamu


Teringat kata-kata diatas, sungguh membuatku merasa bahwa diri ini masih jauh dari sifat sabar

sering kali mengeluh atas semua ujian yang sedang diderita

padahal, jauh diluar sana, banyak orang yang lebih menderita dibandingkan dengan diri ini


Kau tahu, Allah telah banyak mengirimkan tentaraNya di sekelilingmu

tapi kau lupa akan hal itu

membuatmu sering terlena dengan kehidupan duniawi

melupakan apa itu hakikat sabar dan ikhlas

lagi-lagi, bersabarlah!

dunia ini penuh sarat cobaan

penuh kesenangan yang memalsukan


hei, sabarlah sebentar..

belum banyak pengorbanan yang kau berikan

disana, masih banyak yang membutuhkanmu

uluran tangan darimu


hei, bersabarlah!

Allah selalu bersama dengan orang yang sabar

kau tak perlu risau

tak perlu takut

sesungguhnya TuhanMu sungguh dekat dengan dirimu


bersabarlah...

kesabaranmu akan berbuah manis

yakinlah, suatu saat kau akan bertemu bersama takdirNya

dalam dekapan dan hangatnya kasihNya

BERSABARLAH...

Allah akan memberikan hasil dari kesabaranmu selama ini..

yakinlah..


saat diri ini menginginkan kesabaran menjadi penguat diri

22 Februari 2011

Mawarituindah,

Istiqomatunnisa

Hujan


Hujan itu membawa rahmat dan keberkahan

Setiap tetes airnya, menyuburkan setiap hati dari kerinduan

Hujan itu membawa kedamaian

Bunyi rintiknya memberikan ketenangan yang syahdu

Hujan itu membawamu ke alam bawah sadar,

hingga kau mengerti arti dari kesyukuran dan keberkahan

Maha Suci Allah yang telah menurunkan airnya ke bumi

dan membasahi seluruh dunia sehingga alam ini memuji asmaNya

( Istiqomatunnisa )

Minggu, 19 Februari 2012

Pahit Rasanya Menapaki Jalan Sunyi

Abis ngeliat note yang ada fbku, jadi mau ngepost di blog deh.. hehe

Sulit sekali menapaki jalan ini seorang diri
Sunyi sendiri
Langkah demi langkah terasa getir
Aku hanya mengikuti kaki ini terus melangkah
Entah jiwa ini seperti tidak bernyawa

Pahit untuk terus bertahan
Penuh dengan hujan air mata
Aku lelah..
Sangat lelah..
Memang lemah
tapi bukan berarti terjajajah

Selama ini aku terus tersenyum
Kurasa aku kuat
Tapi aku ini manusia
Yang tidak bisa terus bertahan
Diluar mungkin aku terlihat bahagia
Tapi sungguh hati ini sakit

Allah..

Kala diri ini tidak berdaya

Hanya satu yang bisa menjadikanku kuat

Ruh yang Kau berikan kepadaku

CintaMu lah yang menjadikanku tetap tegar


Disaat kehampaan terus menjalar

16 juli 2011

mawarituindah,

istiqomatunnisa

Kamis, 16 Februari 2012

The Leader of Future

Mau share sedikit. Kemarin (13 Feb 2012) habis mengikuti pelantikan pengurus KAMMI UIN periode 2012-2013.
Dapet ilmu yang sangat berharga dari mantan sekjen KAMMI UIN bandung (afwan, lupa namanya). hhe

Sebut saja ka fulan. Ka fulan memberi materi tentang kepemimpinan.
Segera saja saya menyimak dengan penu antusias. Karena memang materi ini yang sedang saya butuhkan untuk kelangsungan 'hidup' saya ke depannya.

Apa sih kepemimpinan?
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Kepemimpinan akan tercermin dalam akhlak. Ya, akhlak seseorang lah yang dapat melahirkan kepemimpinan.

Bagaimana karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin?
Pemimpin itu harus:
1. Kuat. Seorang pemimpin haruslah kuat. Tidak hany kuat fisik/jasmani, namun juga kuat rohani dan mampu menyelesaikan masalah. Karena jika terdapat suatu masalah, seorang pemimpinlah yang menjadi garda terdepan untuk para anggotanya.
2. Memiliki karakter
Seorang pemimpin haruslah memiliki karakter. Mempunyai pendirian yang kuat.
3. Memiliki karisma
Seorang pemimpin biasanya memiliki karisma yang bisa dirasakan. Walaupun karisma itu bukan suatu yang tampak jelas. Inner beauty dari seorang pemimpin haruslah ada.
4. Mempunyai komitmen waktu, tenaga, materi
Ya. Seorang pemimpin haruslah berkomitmen atas semuanya. Dari mulai disiplin waktu, tekad yang bulat, dan siap berkorban.
5. Komunikasi
Seorang pemimpin haruslah pandai berkomunikasi. Agar tidak mudah terjadi salah paham dalam suatu organisasinya. Cobalah untuk dekat dengan para anggotanya.
6.Keberanian
Seorang pemimpin haruslah berani mengambil resiko. Sekalipun akan mengorbankan dirinya.
7. Fokus
8. Murah hati, mudah memaafkan, dermawan
9. Berinisiatif
10. Mendengarkan orang lain
11. Sikap positif
12. Memiliki problem solving yang baik
13. Bertanggung jawab
14. Kemapanan
15. Disiplin pribadi
16. Memiliki sifat melayani umat (khodimul ummah)
17. Memiliki mimpi

Umar bin Abdul Aziz pernah berkata :
"Seorang pemimpin bukanlah orang yang terbaik diantara yang lainnya, melainkan adalah orang yang diberikan beban yang lebih berat diantara yang lainnya."

Karena sesungguhnya, semua ini akan dimintai pertanggungjawabannya...

Namun, tak usah takut dengan amanah yang telah diberikan. Jikalau kau sedang menjadi pemimpin, maka jadilah pemimpin yang amanah dan bertanggungjawab. Karena pengorbanan dan perjuanganmu sedang dilihat olehNya.
Luruskan niat karena Allah..
Cukuplah berharap ridhoNya..

Wallahu'alam bis showab

16 Feb 2012
mawarituindah
-istiqomatunnisa-

Entahlah..


Ya ALLAH....
tanpa kuberitahu, pastilah Engkau mengetahui
apa yang kami rasa...

namun,
aku tak ingin berlarut dalam kesemuan...

mohon petunjukMU ya Rabb,
jika memang dia adalah pilihanMU untukku
dan
aku adalah pilihanMU untuknya
maka
tautkan hati kami benar-benar karena Engkau semata
luruskan niat kami hanya untuk mengharap ridhoMU dalam ikatan yang suci

namun,
jika ternyata kami bukan pilihanMU untuk bersatu dalam ikatan yang suci.
beri kami petunjuk agar kami tidak berlarut-larut dalam kesia-siaan yg hanya mendatangkan kemurkaanMU

pegang erat hati kami ya Rabb..
agar tidak salah menempatkan "Rasa Cinta"
aamiin
-copas dari HAA-

Minggu, 12 Februari 2012

Syukurku PadaMu ya Rabb

19 tahun sudah aku menikmati dunia ini
Penuh dengan suka duka
Canda, tawa, tangisan, keluhan, bahkan kekecewaan
Perjuangan dan pengorbanan pun menggoreskan kenangan sepanjang 19 tahun ini

19 tahun, usia yang dibilang berada dalam posisi pertengahan
Bukan lagi anak kecil yang masih meronta
Namun sedang dalam masa penjajakan menjadi dewasa
Menuntut pertanggungjawaban atas diri, jiwa, dan raga yang telah diberikan oleh sang Pencipta

Engkau memang maha pengasih dan maha penyayang
Memiliki dan memberi rasa cinta dan kasih pada hambaNya
Menggelorakan rasa senang yang begitu mendalam
Mengumpulkan cinta itu dalam satu rasa dan satu hati

Aku sangat bersyukur ya Rabb atas nikmatMu hingga hari ini
Engkau menempatkan ku diantara orang-orang yang penuh cinta
Engkau memberikanku orangtua, adik, saudara, sahabat, teman, guru yang penuh perhatian
Hari ini aku merasa dunia ini milikku dan Engkau ya Rabb

Curahan hati tak mampu ku bendung
Harus seperti apa aku mengucapkan beribu terimakasihku pada kalian
Abi, Umi, Adik-Adik, nenek, om tante, sahabat (6 icon), marsha, anis, ayun, teman-teman farmasi UIN, teman-teman satu organisasi perjuangan, guru-guru yang senantiasa sabar mengajariku, dan dia yang menjadikan kehidupan ini lebih indah. Betapa bersyukurnya aku memiliki orang-orang seperti kalian

Terimakasih untuk doa dan harapan kalian berupa sms, kado, atau bentuk surprise lainnya.
Terimakasih untuk 6 icon atas kartu ucapan milad dari kalian (sampe dijadiin pp fb kalian selama 7 hari 7 malam). Terharu jadinya :')
Yusna Fadliyyah Aprianti
(Jazakillah ya una atas doa dan nasihatnya ^^)

Sri Wahyuni Lestari
(Makasih ya yuni cantiik, makan-makannya pas masuk yah ^^)

Annisa Alfira
(Cekgu, makasih banyak yoo! sampe dibuatin kartu ucapan dengan format gif. kreatif banget!)


Julia Anggraini
(Thank you so much jukii! sampe buat 2 kartu ucapan gini. makasiiih ya juju.. Allahu yubarik fik. from cibubur, with love)

Annisa Fitriana
(Walau ipit nggak buat kartu ucapan, tapi ipit udah ikut conference call malemnya. Makasih banyak bang ipit ^.^)


19 tahun, saatnya berintrospeksi diri
Kesalahan diperbaiki
Prestasi ditingkati
Senantiasa meng-upgrade diri

Duhai Allah, tak ada yang bisa menggantikan semua ini
Dengan apapun ya Rabb, semua ini tak bisa tergantikan
Aku mohon
Jangan hilangkan rasa bahagia ini

Sekali lagi, terimakasih
Karena kalian hari ini penuh dengan warna
Untaian rasa haru begitu sangat ingin ku lukiskan
Terimakasih untukMu ya Rabb


12 FEBRUARI 2012
Hari yang spesial, mendapatkan surprise dari mereka yang spesial
Aku mencintai kalian karena Allah
mawarituindah
-istiqomatunnisa-

Selasa, 24 Januari 2012

Beginikah Cinta??

dakwatuna.com - Aku berlari dengan nafas memburu. Otakku seakan berhenti berpikir, dada sesak, penuh, semua sesal dan sedih berkecamuk jadi satu. Kususuri jalanan kampus yang masih sedikit basah karena hujan kemarin malam. Aku benar-benar kalut. Bingung. Pikiranku mulai bergumam sendiri dengan batinku.

“Beginikah jadinya? Beginikah rasanya mengakhirkan harapan?

Beginikah rasanya menghentikan cinta yang sudah terlanjur dalam?

Aku harus berkata apa? Bertanya pada siapa?”

Jalanan ini tentu saja takkan memberi jawab. Sore menuju senja yang selalu indah ini tentu saja takkan menenangkanku. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain kekalutan yang luar biasa menghinggapi dada.

“Haruskah melepasmu cinta? Melepas segala rasa yang tumbuh subur merekah hingga kini dan entah kapan berakhirnya?

Haruskah ku bunga jauh-jauh penggal harap yang entah kenapa masih membuatku sesak ketika kutahu aku tak bisa memilikimu cinta?

Haruskah aku membalikkan semua waktu agar perasaan ini tidak pernah ada di dalam diri? Atau setidaknya…

Ahh… Allah… mungkinkah kau izinkan aku mengembalikan kekosongan jiwa agar yang terisi hanya KAMU? Hanya KAMU ya Rabb… Hanya KAMU… hanya KAMU yang kucinta. Mungkinkah ya Rabb?”

Dadaku semakin sesak. Air mata lagi-lagi dengan tak sopannya keluar tanpa pernah mau kuperintahkan. Aku laki-laki, dan kini aku menangis.

“Aku benci dengan perasaan ini. Benci dengan keadaan ini.

Aku sadar aku harus bangkit. Tak boleh lemah hanya karena kehilangan kesempatan merealisasikan harapku.

Aku tak boleh kalah, hanya karena imaji yang sedari dulu kubangun akhirnya pergi dan menghilang tanpa bekas. Aku benci dengan semua perasaan yang telah porak-poranda ini. Aku harus bangkit. Tak boleh seperti ini.”

Kukuat-kuatkan hatiku agar tetap seperti dulu. Tenang dan segar. Namun percuma. Setiap larian kecilku mengelilingi kampus hijau ini, membuatku semakin tergugu. Pikiranku tak bisa untuk kuhentikan dalam mengingat sang permata jiwa. Semua kenangan seperti tergambar jelas di benakku. Kenangan tentangnya semua menyeruak tanpa tahu betapa aku sakit ketika mulai mengingatnya.

Cinta… atau entah apa namanya. Kenapa begitu mempengaruhiku hingga semua alam rasionalku pergi entah kenapa. Maryam Syakila, sosok itu. Yang mengisi penggal harapku hingga detik ini terus saja berkeliling di alam pikirku.

“Sedalam inikah perasaanku? Separah inikah aku tenggelam dalam cinta yang semu?

Jika memilikimu bukanlah takdirku, maka tolong berilah aku kesempatan untuk pergi darimu. Sejenak melupakan apapun tentangmu.

Aku ingin amnesia sejenak, tak pernah mengenal siapapun terutama kamu dari hidupku. Ini terlalu menghempaskan. Merebut semua rasaku.

Aku mati, mati rasa.

Dalam kekakuan, kebekuan, namamu masih saja ada. Harus ku kata apa, jika memang segalanya begitu dalam terasa? Harus kubilang apa cinta?”

Aku membodoh-bodohkan diriku sendiri setelah melewati lebih dari 3 kilometer. Berlari tanpa arah. Pikiranku tertuju kembali mengenang kisah usaha untuk melamar Maryam Syakila selama 2 pekan ini.

“Mohon maaf, apakah Zahra bisa membantuku mencari tahu perihal Maryam Syakila? Bukankah dia sahabatmu sejak SMA?” Sapaku kepada Zahra, sahabat dekat Maryam semenjak SMA. Setahuku mereka memang masih dekat hingga sama-sama melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia (UI). Kukirim email singkat ini kepadanya.

Jangan Tanya degupan jantungku saat itu. Aku begitu tegang tak terkira. Ini adalah momen yang sudah kutunggu sejak lama. Sudah 9 tahun, aku mengagumi sosok bernama Maryam Syakila. Dia sederhana, tak banyak bicara, namun cerdas dan mempesona. Apalagi yang mau kukata jika dia telah menjadi yang pertama dalam perasaanku, dan entah kapan lagi aku bisa mengakhirkan segala rasa ini. Perasaanku semakin dibuat tak karuan ketika mengetahui keshalihannya. Semenjak SMA, baju seragamnya yang panjang ditutupi dengan jilbab yang terurai indah sampai ke dadanya membuat jantungku semakin berdetak kencang setiap kali bertemu dengannya. Aku harus berkata apa, jika cinta telah merenggut habis semua perasaanku? Aku hendak menghentikan segalanya, namun segala tentangnya telah merebut habis setiap sisi hatiku. Aku juga hendak menghentikan segala pengaruh tentangnya, tapi apa lagi yang mampu ku buat, ketika penantian hamper 10 tahun ini, akhirnya datang juga. Ini kesempatan terbaikku untuk merealisasikan imaji, harap, dan doa yang sudah kusimpan erat sejak dulu. Aku harus melamarnya dan menjadikannya istimewa dalam nyata. Itu saja. Tak ada yang lain yang aku siapkan dan pikirkan selain merealisasikan segala rencana untuk menikah dengannya.

“Oh ya… Alhamdulillah saya masih sering berkomunikasi dengannya. Ada apa ya?” Zahra membalas emailku melalui YM yang kuhidupkan sejak tadi.

“Hmmm… Saya hendak menjalankan salah satu sunnah Rasul. Saya ingin tahu apakah Maryam Syakila sedang proses Ta’aruf atau telah di khitbah oleh seseorang? Jika tidak, saya ingin melamarnya…” Jawabku tanpa pikir panjang. Buatku ini melegakan.

“Oalah… Jawab Zahra sedikit kaget.

“ :) ” Aku membalasnya dengan icon tersenyum, memahami kekagetannya.

“Baiklah Rangga. Tunggu aja ya kabarnya dalam 1-2 hari ini. Insya Allah akan saya beritahukan informasinya…” Tutup Zahra

Sudah 2 pekan ini, malam-malamku adalah malam-malam penghambaan penuh khusyu kepada Allah. Aku mengirimkan doa terindah kepada-Nya, berharap DIA berkenan mempertemukanku dengan Maryam. Berharap segala daya dan usaha yang kulakukan hingga saat ini diberkahi dengan sebuah momen terindah yang telah kupatrikan dalam do’a-do’aku selama 9 tahun ini. Aku hanya berharap memilikinya, itu saja.

Esoknya, aku menerima sms singkat dari Zahra yang memberitahukan info lengkap soal Maryam ada di inbox emailku.

Aku buru-buru membuka emailku berharap ada berita yang melapangkan jiwaku. Namun betapa kagetnya, ternyata isi email yang dikirimkan Zahra kepadaku sungguh berbeda dengan yang kukira.

“Mohon maaf Rangga… Saya sudah mengecek kondisi Maryam, terkait kesempatanmu untuk melamarnya. Saat ini, dia sudah di khitbah oleh seorang ikhwan dan Insya Allah akan melangsungkan akad dan walimahannya bulan Desember tahun ini…”

Hilang sudah… Pecah… Semua harapan itu sirna. Aku terlambat, sangat terlambat. Tubuhku bergetar seketika, hatiku tak bisa berkata apa-apa selain merasai kekalutan yang luar biasa. Aku terdiam, dan tak sadar, air mataku dengan sendirinya mengalir.

Habis sudah… kering… tak ada lagi harapan yang ku bangun bertahun-tahun. Aku memang lambat, aku memang bodoh, aku memang kerdil. Kenapa sedari dulu aku tidak memulai duluan untuk melamarnya? Kenapa dari dulu aku tidak berani merealisasikan segala macam perasaan ini agar mampu bersama dengannya? Kenapa?

Beribu pertanyaan berkecamuk di dada. Lebih dari itu, aku menyesal, begitu menyesal. Kenapa aku begitu terlambat membuat keinginan yang kubangun sejak 9 tahun ini menjadi nyata. Kenapa?

Aku membodoh-bodohi diriku sendiri karena terlalu lama dalam beraksi. Jika aku cinta, harusnya aku lebih berani dari siapapun. Jika aku cinta, harusnya aku tak menunggu lama. Dan jika ini gagal, harusnya aku tak sesedih ini, aku tak sehancur ini. Tapi kenapa?

Perasaan yang tak karu-karuan itu aku larikan hingga sore ini. Jalanan di sekitar kampus masih kususuri sembari mengingat kegagalan melamar Maryam Syakila.

“Andai pesonamu hanya sesederhana bunga jalanan…

Maka mungkin sedari dulu telah kulupa…

Tapi pesonamu adalah pesona edelweiss yang sulit tuk kugapai dan kupetik tangkainya.

Pesonamu adalah pesona menggetarkan yang terpancar dari kecintaanmu pada Allah bersama orang-orang yang mencintai-Nya.

Jika sebegitu kuat pesonamu menarikku, apa lagi yang harus kukata jika memang padamu, segala cinta ini telah terenggut?”

Aku menangis lagi, mengingat puisi sederhana itu kutulis beberapa saat setelah menerima email dari Zahra. Sungguh ini begitu berat terasa. Aku sungguh idiot, sungguh tolol, bagaimana bisa aku mengingatnya dalam ingatannya yang begitu sulit untuk kulupa.

“Jika GAGAL, maka lupakan…”

Teringat nasihat dari seorang sahabatku. Aku harusnya mampu melupakannya. Melupakan Maryam Syakila dalam setiap sisi hatiku.

Lagi-lagi kukuatkan diriku agar mampu melewatinya. Keringatku mulai bercucuran ketika mendekati gedung Fakultas Teknik, menuju labku. “aku harus tenang… Sabar…” Kucoba menguatkan hatiku walau pikiranku masih kalut.

***

Sejak ba’da Isya tadi, aku sudah rebahan. Sepertinya tubuhku lelah karena menangis. Sebeginikah parahkah? Aku bahkan tak mampu memikirkan sebelumnya kalau efeknya akan begitu hebatnya. Mataku baru terpejam beberapa jam kemudian.

Samar-samar aku terbangun, di kamar kos-kosanku yang sederhana. Lampu masih kumatikan semenjak istirahat tadi, gelap di sekeliling ruangan. Kuhidupkan handphone-ku melihat jika ada pesan penting yang masuk sekalian melirik jam berapa sekarang. Sudah 04.00 dini hari rupanya. Aku tertidur cukup lama.

Kubuka selimut yang menghangatkan tidurku sejak semalam, kemudian menuju kamar mandi dan mengambil wudhu. Apalagi kini yang tersisa, selain Allah sebagai zat terbaik untuk mengadu?

4 raka’at awal kulewati dengan luruh air mata yang tak terbendung.

“Allah…

Beginikah jadinya jika aku berani bermain hati? Beginikah jadinya jika aku menyisihkan cinta-Mu yang agung dan begitu purna? Beginikah akibatnya?

Ampuni aku, dalam khilafku akibat salah di masa lalu. Beri aku waktu untuk menyembuhkan segala kotoran di hati ini agar yang ada hanya KAMU ya Rabb…”

Doa it uterus ku ulang-ulang.

Memasuki Rakaat ke-6 Tahajjudku. Air mataku semakin tak tertahankan.

“Apa lagi Rangga… Apa lagi yang mau kau katakan kepada Allah? Bentuk protes apa lagi yang hendak kau kirimkan kepada-Nya jika Allah telah memberi segalanya. Allah telah memudahkan studi S1-mu, meski tanpa biaya orang tua, Allah memudahkan jalanmu untuk meraih prestasi membanggakan selama studimu. Allah mudahkan hidupmu dengan pertemuan bersama orang-orang shalih yang menenangkan dan penuh nasihat, Allah mencelupkanmu dalam balutan kasih saying-Nya untuk senantiasa mengingat-Nya, Allah memberimu nikmat yang tak terhitung jumlahnya.

Lalu kini? Jika hanya seorang Maryam Syakila yang tak bisa kau miliki. Haruskah kau hentikan rasa syukurmu? Haruskah kau habiskan harimu dengan sederetan pelarian dari jalan Allah sebagai bentuk betapa kecewanya dirimu kepada Allah? Haruskah Rangga? Haruskah… Sedang mencintai Allah itu membahagiakan… Memiliki Allah itu adalah kenikmatan yang tiada duanya.

Makhluk-Nya? Mengharap mereka adalah sebuah kebodohan, mencintai mereka dengan penuh seluruh adalah kejahiliyahan. Apa lagi Rangga? Apalagi yang tersisa selain ini adalah akibat dari kesalahanmu memelihara rasa. Jika berani, seharusnya sedari dulu kamu mulai berusaha untuk memilikinya dalam balutan ikatan suci yang indah. Tapi jika tak sanggup, seharusnya kamu TEGAS dengan hatimu. TEGAS dengan rasamu. Jika ia bukan untuk cinta yang halal, maka takkan kurasakan. Seharusnya begitu Rangga… seharusnya begitu”

Aku semakin tergugu hingga di akhir witirku. Tubuhku bergetar hebat. Rasa malu begitu terasa di dalam jiwaku. Sungguh betapa hinanya aku menangisi seorang Maryam Syakila hanya karena sebuah penolakan dan keadaan yang sebenarnya begitu sederhana saja. Tidak seharusnya aku larut dalam kesedihan yang sebagian besar karena ulahku. Kenapa aku sebegini terlukanya, sedang Allah telah menyediakan begitu banyak hikmah dan nikmat yang ada di tiap lembar hariku. Kenapa aku se sedih ini sedang Allah telah banyak memberiku kesempatan untuk melejit, melangkah, dan berbuat banyak hal untuk dunia. Ahh… aku kalah, kalah dengan godaan syetan yang memabukkan rasa di dalam dada.

Kukuatkan diriku ketika muhasabahku terhenti dengan lantunan azan subuh di Masjid dekat kos-kosanku.

“Aku harus memulai hariku yang baru… Penuh semangat… Penuh Antusias… Aku harus menghapus semua kenangan tentang Maryam… sekecil apapun aku harus menghapusnya…” Sahutku.

Subuh itu. Adalah subuh penghambaan penuh kekhusyuan yang pernah kurasa dalam hidupku.

“Allah… Jika dia memang bukan yang terbaik bagiku… Maka gantikanlah yang lebih darinya… Shalihkan diriku hingga aku mampu memiliki seorang permata jiwa yang juga seshalih diriku. Sempurnakan agamaku dengan seseorang yang akan kucintai sepenuh jiwaku Dan akan kujadikan ia sebagai belahan hati terindah di dunia. Namun jagalah agar hati ini selalu ada KAMU ya Rabb… hanya ada KAMU… bukan yang lain…”

Kuseka air mataku yang masih mengalir di ujung doa ku subuh ini. Mencoba menguati hati agar mampu melangkah.

“Jika tak hari ini, maka aku akan kalah selamanya…”

Minggu, 22 Januari 2012

Bait-Bait Cinta

"Lebih terhormat jika kau datang dengan keberanian
dibandingkan jika kau datang dengan sebuah kebanggaan."

"Yang harus dipahami ialah, saat kau masih menunggu dan menanti. Maka saat itulah kau harus terus memperbaiki diri hingga waktu itu tiba nanti"

"Mengapa aku memilihmu? Karena Allah yang telah memberikanku cinta yang ditujukan kepadamu."

"Tak usah risau dalam hal menanti. Karena kuasaNya lah yang akan mempertemukan kita nanti"

"Kalau boleh ku bilang, titipkan saja padaNya. Karena Ia yang mempunyai kehendak. Maha mengatur segalaNya. Manusia boleh berencana. Tapi serahkan penghapus itu kepadaNya. Biarlah Ia menghapus segala hal yang buruk menurutNya."

"Lagi-lagi jangan kau merasa bosan dan mengeluh. Tanpa kau sadari kau telah membuang waktumu dengan penantian yang kunjung jua tiba"

"Aku memilihmu, kau memilihku. Namun Allah lebih ku pilih. Karena itu ku tinggalkan dirimu, sampai nanti Allah yang ku pilih memilihkan dirimu untuk diriku."

"Tetaplah menjauh untuk saat ini, karena suatu saat nanti Allah pasti akan mendekatkan (biidznillah)."

Kala cinta merasuk kalbu
Membuat bayangan semu
Hati pun ikut pilu
Kuharap mata ini tak sendu

22 Januari 2012
Istiqomatunnisa

Yuk, introspeksi

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin
Bunga berguguran tak pernah menyalahkan musim
Batu di tepi pantai pun tak pernah membenci ombak
Walau sedikit demi sedikit dirinya akan terkikis

Belajarlah dari makhluk tak hidup itu. Mereka rela dan ikhlas dirinya terluka.
Mereka jadikan setiap peristiwa menjadi kepingan hidup yang sangat bernilai.

Pernahkah kau merasa terluka?

Pastinya. Semua orang pasti pernah merasa terluka. Bisa dibilang sakit hati. Entah karena pertengkaran, permusuhan, kesalahpahaman atau lain sebagainya.

Pernahkah kau merasa tak dihargai?

Pernah pastinya. Cobalah kau menghargai orang lain, maka dirimu pun akan dihargai. Berintrospeksi dan berkaca diri apakah dirimu sudah pantas untuk dihargai.

Pernahkah kau merasa tak dipahami?

Coba lihat dirimu. Apakah dirimu sudah mencoba untuk memahami orang yang ada di sekitarmu. Kalau belum, mungkin itulah sebabnya dirimu merasa tak dipahami oleh orang lain.


Sepatu kaca ada di rumah desi
Mari berkaca dan teruslah berintrospeksi


22 Januari 2012
mawarituindah,
Istiqomatunnisa